Jadikanlah Nabi Ibrahim Sebagai Panutan Bagi Para Orang Tua dan Anak Kita



Nabi Ibrahim 'alaihissalam sebagai Panutan Kita
Nabi Ibrahim 'alaihissalam sebagai Panutan Kita
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah salah satu di antara para nabi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah diutus-Nya di muka bumi ini. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga diimani oleh orang-orang Kristen dan Yahudi, mereka menyebutnya ‘Abraham’. Di dalam Al-Quran sangat banyak sekali menceritakan sosok Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini, mulai dari saat dia mendakwahi ayahnya (Aazar), kisahnya dengan anaknya Nabi Isma’il ‘alaihissalam sampai kepada kisah para malaikat yang datang ke rumah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai tamu dan lain sebagainya. Pada tulisan kali ini kita akan membahas tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang dapat kita jadikan panutan bagi para orang tua maupun anak kita.

Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (Q.S. Maryam : 41)
JADIKAN NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM SEBAGAI PANUTAN MENJADI ORANGTUA YANG BAIK

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah ayah yang sangat baik, dermawan, rendah hati dan tentu saja taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hidup tanpa kehadiran seorang anak tentu saja menjadi hal yang sangat hampa sekali. Maka suatu ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermohon kepada Allah,

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ash-Shaaffaat : 100)

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala langsung menjawab doa beliau,

Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (Q.S. Ash-Shaaffaat : 101)

Maka istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam (Siti Hajar) pun mengandung Isma’il. Singkat cerita Isma’il ‘alaihissalam tumbuh sebagai anak yang begitu taat dan patuh terhadap agama, terlebih-lebih lagi kepada orangtuanya. Sampai suatu ketika ujian pun diberikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan anaknya tersebut.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Q.S. Ash-Shaaffaat : 102)

Ternyata sang anak pun membuktikan ketaatannya kepada Allah, sehingga penyembelihan Isma’il ‘alaihissalam pun dilaksanakan

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (Q.S. Ash-Shaaffaat : 103)

Akan tetapi Allah Ta’ala kemudian memanggil Ibrahim ‘alaihissalam dan mengganti sembelihannya dengan seekor kambing. Allah Ta’ala tak lupa menjelaskan bahwa ini adalah ujian yang sangat besar dan luar biasa,

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Q.S. Ash-Shaaffaat : 106)

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun memuji ketaatan beliau ‘alaihissalam.

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (Q.S. Ash-Shaaffaat : 108-109)

Apa yang bisa kita teladani dari kisah di atas sebagai seorang orangtua?

1. Mintalah dan mohonlah segala sesuatu kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.
2. Ketaatan tidak memandang usia, ketaatan dilaksanakan sampai mati.
3. Kecintaan kita terhadap anak maupun apa yang berharga bagi kita tidak ada artinya dibandingkan kecintaan terhadap Allah Tabaraka Wa Ta’ala.
4. Sikap jujur harus tetap dijunjung tinggi meskipun itu berat.
5. Jika ada suatu kabar maka diskusikanlah dengan anak kita dan mintalah pendapatnya.
6. Ketaatan kepada Allah Ta’ala akan berbuah manis jikalau memang dilaksanakan semata-mata karena-Nya.
7. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
JADIKAN NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM SEBAGAI PANUTAN MENJADI ANAK YANG BAIK

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang anak yang patuh, dia memiliki ayah yang bernama Aazar (menurut sebagian ahli tafsir Aazar adalah pamannya). Aazar ini adalah pembuat patung berhala yang disembah oleh dirinya dan kaumnya

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Al-An’aam : 74)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mencoba mendakwahi ayahnya ini agar kembali kepada ajaran tauhid.

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan."(Q.S. Maryam : 42-45)

Tapi ayahnya malah tidak mendengarkan pesan anaknya tersebut

Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (Q.S. Maryam : 46)

Tapi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bukannya marah, akan tetapi apa yang dilakukannya?

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (Q.S. Maryam : 47-48)

Lalu Allah Ta’ala menegur kekasihnya itu bahwa seseorang tidak boleh mendoakan ampun untuk orang-orang musyrik. Dan Nabi Ibrahim ‘alaihisssalam pun bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak mendoakan lagi untuk ayahnya itu. Kita juga tidak diperbolehkan memohon agar Allah mengampuni orang-orang musyrik.

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (Q.S. At-Taubah : 113)

Akan tetapi kita diajurkan untuk mendoakan teman-teman kita yang kafir ataupun yang musyrik agar mendapat hidayah sehingga masuk Islam.

Dari penjelasan di atas kita dapat mencontoh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai seorang anak.

1. Wajib bagi kita mengingatkan kepada orangtua kita tentang kebenaran, terutama tauhid.
2. Jangan pernah menyerah untuk menasehati orangtua kita jika memang mereka salah.
3. Gunakanlah cara yang baik saat menasehati orangtua kita, karena kalau dengan cara yang tidak baik maka itu tidak boleh.
4. Tidak boleh bagi kita memohonkan ampun untuk orang-orang musyrik meskipun itu orangtua yang kita cintai, akan tetapi selama mereka hidup ajaklah mereka untuk masuk Islam.
5. Meskipun orangtua kita tidak taat kepada Allah jangan membuat keimanan kita kepada Allah berkurang, anggaplah itu sebagai ujian untuk kita agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi dan diangkat derajatnya oleh Allah.
6. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Itulah berbagai pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kita dapat menjadikan beliau sebagai panutan kita, baik itu sebagai seorang ayah ataupun seorang anak. Sesungguhnya Allah telah menjadikan beliau sebagai tauladan bagi kita,

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (Q.S. Al-Mumtahanah : 4)

Maka dari itu sudah seharusnya kita memperbanyak mengambil pelajaran dan hikmah di dalam Al-Quran, salah satunya seputar Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau dipuji Allah Ta’ala, para malaikat, bahkan nama beliau akan tetap terkenang sampai hari Kiamat kelak, karena nama beliau abadi di Al-Quran dan digandengkan dengan bacaan sholawat duduk tasyhahud saat sholat.

(Baca Juga : Apakah Ada Dosa Jariyah?)

Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment