(18) Kisah Nabi Sulaiman 'Alaihissalam Lengkap


Kisah Nabi Sulaiman 'alaihissalam
Kisah Nabi Sulaiman 'alaihissalam
Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah salah satu di antara nabi-nabi Allah. Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengutusnya kepada Bani Israil. Ia memegang kerajaan ayahnya, yaitu Nabi Dawud 'alaihis salam setelah Beliau wafat.

Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah seorang pemimpin yang adil; ia memutuskan masalah yang terjadi di antara manusia mengikuti apa yang diturunkan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala menundukkan segala sesuatu untuk Beliau, seperti manusia, jin, hewan, burung, angin, dan lain-lain. Mereka semua bekerja untuk Nabi Sulaiman 'alaihis salam sesuai kehendaknya dengan izin Tuhannya, dan mereka tidak berani keluar dari ketaatan kepadanya. Apabila salah seorang di antara mereka ada yang berani durhaka kepadanya, maka Nabi Sulaiman menyiksanya dengan siksaan yang pedih.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga menundukkan setan-setan kepada Beliau. Oleh karena itu, mereka datang kepadanya membawa sesuatu yang Beliau perlukan, bahkan mereka membuatkan untuk Beliau gedung-gedung yang tinggi, piring-piring yang besarnya seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Allah Ta'ala berfirman,

"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1], dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.--Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendaki-Nya dari gedung-gedung yang tinggi, gambar-gambar dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (Terj. QS. Saba': 12-13)

Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga mengajarkan kepada Nabi Sulaiman 'alaihis salam bahasa burung dan hewan-hewan lainnya. Bahkan Beliau memiliki pasukan besar yang terdiri dari manusia, jin, dan burung. Allah Ta'ala berfirman,

"Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)." (Terj. QS. An Naml: 17)

Oleh karena nikmat-nikmat Allah begitu banyak dan besar dilimpahkan kepada Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka Nabi Sulaiman selalu bersyukur dan berdzikr kepada Allah 'Azza wa Jalla, Beliau banyak melakukan shalat, banyak bertasbih, dan banyak beristighfar. Bahkan ketika Beliau disibukkan oleh pertunjukan kuda sehingga membuatnya lalai dari mengingat Allah, maka Beliau sembelih kuda-kuda itu karena Allah, sehingga Allah menggantinya dengan angin yang tunduk mengikuti perintahnya.
 
Sejak kecil, Nabi Sulaiman 'alaihis salam dianugerahi kecerdasan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Suatu hari ia pergi seperti biasa bersama ayahnya, Nabi Dawud 'alaihis salam ke tempat pengadilan, lalu ada dua orang yang masuk. Yang satu adalah pemilik tanah yang terdapat tanaman di dalamnya, sedangkan yang satu lagi penggembala kambing. Keduanya datang untuk meminta keputusan, maka pemilik tanaman berkata, "Sesungguhnya orang ini memiliki kambing yang ia gembalakan, tetapi masuk ke kebunku di malam hari dan merusak tanaman yang ada di dalamnya, maka putuskanlah masalah kami dengan adil." Tetapi Dawud tidak langsung memberikan keputusan sampai ia mendengar orang yang satu lagi. Ketika itulah, Nabi Dawud 'alaihis salam dapat mengetahui benarnya kata-kata pemilik tanaman, maka Nabi Dawud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada yang punya tanaman sebagai ganti tanam-tanaman yang dirusak. Tetapi Nabi Sulaiman 'alaihis salam memutuskan agar kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada yang punya tanaman untuk diambil manfaatnya. Dan orang yang punya kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanam-tanaman yang baru. Apabila tanaman yang baru telah dapat diambil hasilnya, maka yang mempunyai kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali. Keputusan Nabi Sulaiman alaihis salam ini adalah keputusan yang tepat. Maka mereka berdua setuju atas keputusan itu dan menerimanya dengan senang hati. Nabi Dawud 'alaihis salam kagum dengan kecerdasan anaknya terhadap masalah ini padahal ia masih kecil dan setuju dengan keputusan anaknya. Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan kisah ini dalam Al Qur'an di surat Al Anbiya' ayat 78-79.
"Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,--Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. dan kamilah yang melakukannya." (Terj. QS. Al Anbiya': 78-79)
Contoh lain keputusan Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " كَانَتِ امْرَأَتَانِ مَعَهُمَا ابْنَاهُمَا، جَاءَ الذِّئْبُ فَذَهَبَ بِابْنِ إِحْدَاهُمَا، فَقَالَتْ لِصَاحِبَتِهَا: إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ وَقَالَتِ الأُخْرَى: إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ، فَتَحَاكَمَتَا إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَضَى بِهِ لِلْكُبْرَى، فَخَرَجَتَا عَلَى سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ فَأَخْبَرَتَاهُ، فَقَالَ: ائْتُونِي بِالسِّكِّينِ أَشُقُّهُ بَيْنَهُمَا، فَقَالَتِ الصُّغْرَى: لاَ تَفْعَلْ يَرْحَمُكَ اللَّهُ هُوَ ابْنُهَا فَقَضَى بِهِ لِلصُّغْرَى " قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: «وَاللَّهِ إِنْ سَمِعْتُ بِالسِّكِّينِ قَطُّ إِلَّا يَوْمَئِذٍ، وَمَا كُنَّا نَقُولُ إِلَّا المُدْيَةَ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dahulu ada dua orang wanita yang masing-masingnya bersama anaknya, lalu ada serigala yang membawa anak salah seorang dari keduanya, maka wanita itu berkata kepada temannya, "Sesungguhnya serigala itu membawa anakmu," wanita yang satu lagi berkata, "Serigala itu yang membawa anakmu." Akhirnya keduanya membawa masalah itu kepada Nabi Dawud 'alaihis salam, lalu Dawud memutuskan, bahwa anak itu untuk wanita yang tua, maka keduanya keluar dan mendatangi Nabi Sulaiman bin Dawud 'alaihimas salam lalu memberitahukan kejadian itu, maka Nabi Sulaiman berkata, "Bawalah kepadaku sikkin (pisau), agar aku membelah untuk keduanya." Wanita muda menjawab, "Jangan kamu lakukan itu, semoga Allah merahmatimu. Dia adalah anaknya." Maka Nabi Sulaiman memutuskan bahwa anak itu untuk wanita muda." Abu Hurairah berkata, "Demi Allah, aku tidak mendengar kata "sikkin" (pisau) kecuali pada hari itu. Sebelumnya kami biasa menyebutnya "Mudyah (pisau)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Suatu hari, Nabi Sulaiman 'alaihis salam berangkat bersama pasukannya yang terdiri dari jin dan manusia, sedangkan di atas mereka ada burung yang menaungi mereka, maka Nabi Sulaiman mendengar suara semut yang berkata kepada kawan-kawan mereka, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (Terj. QS. An Naml: 18)

Maka Nabi Sulaiman tersenyum saat mendengar ucapan semut itu, lalu berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (Terj. QS. An Naml: 19)
Suatu hari, Nabi Sulaiman 'alaihis salam berangkat bersama pasukannya, dan sebagaimana biasa burung-burung berada di posisi depan pada setiap kelompok pasukan dan hadir di hadapan Nabi Sulaiman 'alaihis salam secara bergantian. Di antara burung-burung itu ada burung hudhud yang tugasnya mencarikan tempat yang di bawah tanahnya terdapat air yang cukup, namun tidak dilihatnya burung hudhud itu padahal Nabi Sulaiman 'alaihis salam sedang membutuhkannya. Ternyata burung hudhud telah meninggalkan posisinya tanpa sepengetahuan Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka Nabi Sulaiman marah dan berkata, "Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dengan membawa alasan yang jelas." (Terj. QS. An Naml: 21)
Kemudian burung hudhud pun datang, lalu burung-burung yang lain memberitahukan perkataan Sulaiman kepadanya, maka burung hudhud segera datang menemui Sulaiman dan berkata kepadanya, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.--Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.--Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk," (Terj. QS. An Naml: 22-24)

(Baca Juga : Benarkah Nabi Muhammad Orang Gila?)
Burung Hudhud mendapati kaum Saba' yang sujud kepada matahari dan menyembahnya selain Allah, maka ia (Hudhud) bersedih atas hal itu, dimana sebelumnya tidak terbayang ada manusia yang sujud kepada selain Allah. Kemudian Nabi Sulaiman ingin memastikan berita burung Hudhud ini, ia pun menulis surat singkat yang di sana ia mengajak ratunya dan kaumnya tunduk kepadanya dengan masuk kepada Islam dan beriman kepada Allah Azza wa Jalla serta meninggalkan apa yang mereka sembah selama ini, yaitu matahari. Isi surat itu adalah,
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.---Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (Terj. QS. An Naml: 30-31)
Kemudian surat itu ia berikan kepada burung Hudhud agar ia membawanya ke kerajaan Saba sambil menunggu jawaban. Lalu burung hudhud membawa surat itu ke kerajaan Saba dan masuk ke ruang ratu Saba' bernama Balqis, kemudian menjatuhkan surat itu kepadanya, lalu ia berdiri agak jauh darinya sambil memperhatikannya dan memperhatikan kaumnya, yakni apa yang akan mereka  lakukan setelah membaca surat itu.
Maka ratu Balqis mengambil surat itu dan membacanya, ia pun kagum terhadapnya, namun ia enggan mengambil keputusan sampai bermusyawarah dengan para pembesar kaumnya. Ia kemudian mengajak mereka untuk datang ke majlisnya, lalu memberitahukan isi surat itu dan meminta masukan dari mereka. Maka mereka mengusulkan untuk melawan Nabi Sulaiman 'alaihis salam karena mereka adalah orang-orang yang kuat. Akan tetapi ratu Saba' (Balqis) tidak menerima ide untuk menyerang Nabi Sulaiman, ia merasakan kuatnya Nabi Sulaiman, bahkan ia mengusulkan kepada kaumnya agar mengirimkan hadiah kepadanya sambil menunggu balasannya. Mungkin saja menurutnya, Nabi Sulaiman 'alaihis salam mau menerimanya dan tidak memerangi mereka.
Setelah berlalu beberapa hari, maka sampailah utusan Ratu Balqis dengan membawa hadiah yang besar dan banyak, lalu mereka menemui Nabi Sulaiman dan meletakkan hadiah-hadiah itu di hadapannya, tetapi Nabi Sulaiman 'alaihis salam menolaknya dan tidak mau menerimanya, ia berkata, "Apakah (patut) kamu membantuku dengan harta? Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu." (Terj. QS. An Naml: 36)

Kemudian Nabi Sulaiman 'alaihis salam mengancam mereka, bahwa jika mereka tidak mau masuk Islam, maka ia akan datang kepada mereka dengan membawa bala tentara yang mereka tidak sanggup melawannya. Maka para utusan ratu Saba'  kembali, dan setelah sampai, mereka memberitahukan tentang sikap Nabi Sulaiman terhadap hadiah itu dan perkataannya, mereka juga menyampaikan hal yang mereka lihat, berupa kekuatan Nabi Sulaiman dan segala yang ditundukkan Allah untuknya, maka ratu Balqis mengumpulkan para pemuka di kerajaannya untuk meminta masukan dari mereka tentang masalah Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka mereka memandang perlunya mereka tunduk segera kepadanya, dan pandangan ini juga merupakan pandangan ratu Balqis.
Nabi Sulaiman mengetahui bahwa Balqis ratu Saba' dan kaumnya akan datang kepadanya untuk masuk Islam dan beriman. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman ingin menunjukkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan Allah  Azza wa Jalla, agar ia (ratu Balqis) mengetahui bahwa ia adalah utusan Allah. Maka Nabi Sulaiman 'alaihis salam meminta para pembantunya untuk membawa singgsananya sebelum ratu Balqis dan kaumnya sampai kepadanya, lalu Ifrit dari kalangan jin menyatakan sanggup membawa singgasana itu sebelum Beliau berdiri dari tempat duduknya, kemudian ada lagi orang yang lain yang memiliki ilmu tentang Kitabullah yang menyatakan sanggup membawa singgasana itu sebelum mata Beliau berkedip. Maka Nabi Sulaiman 'alaihis salam mengizinkan hamba yang saleh ini untuk membawa singgsana itu. Sekejap kemudian, singgasana itu langsung tampil di hadapan Nabi Sulaiman 'alaihis salam. 

Orang itu adalah Aashaf juru tulis Nabi sulaiman. Ia adalah seorang mukmin yang shiddiq dan mengenal Al Ismul A’zham (nama Allah yang agung). Ia pun berdiri dan berdo’a kepada Allah sambil mengucapkan “Yaa dzal jalaali wal ikraam.” (sebagaimana diterangkan Al Hafizh Ibnu Katsir)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Para ulama mengatakan, “Sesungguhnya singgasana itu dibawa oleh para malaikat untuk dibawa ke hadapan Sulaiman dari Yaman, sedangkan Sulaiman berada di Syam dalam waktu sekejap mata. Ini menunjukkan kekuatan para malaikat jauh lebih kuat daripada kekuatan jin dan kekuatan jin jauh kuat daripada kekuatan anak cucu Adam…dst.” (Lihat Tafsir Juz ‘Amma karya Ibnu Utsaimin pada tafsir surat An Naazi’at ayat 3)

Maka Nabi Sulaiman 'alaihis salam bersyukur atas nikmat Allah yang besar itu, yaitu dengan dihadapkan kepadanya singgasana Ratu Balqis dari Yaman ke Syam dalam sekejap mata. Ia pun berkata, "Ini Termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Terj. QS. An Naml: 40)

Sebelum kedatangan ratu Balqis, Nabi Sulaiman 'alaihis salam telah memerintahkan jin untuk membangunkan istana besar untuknya sebagai tempat bagi Ratu balqis menghadapnya. Nabi Sulaiman 'alaihis salam juga menyarankan kepada mereka agar lantai istananya dari kaca yang kuat namun tipis, dimana di bawahnya mengalir air dan terdapat ikan-ikan di sana, lalu mereka meletakkan singgasana ratu Balqis di sana setelah dirubah sedikit untuk mengetes ratu Balqis; apakah ia ingat atau tidak terhadap singgsananya. 

Hari pun berlalu dan telah tersiar berita sampainya ratu Balqis dan kaumnya ke Syam, maka Nabi Sulaiman menyuruhnya masuk ke istana yang telah ia siapkan untuknya, sedangkan Nabi Sulaiman 'alaihis salam duduk di atas kursi kerajaannya. Ketika ratu Balqis hendak masuk ke istana itu, maka pandangan ratu Balqis tertuju kepada singgasana(nya), lalu Nabi Sulaiman 'alaihis salam bertanya kepadanya, "Apakah seperti ini singgasanamu?" Maka Balqis -dengan keheranan dan keanehan yang dirasakan, dimana singgasananya telah ia tinggalkan di yaman- berkata, "Sepertinya ia (singgasanaku)."

Lalu Balqis menghadap untuk masuk ke istana, namun ia lihat di depannya ada air dan ia tidak melihat adanya kaca, maka ia pun menyingkapkan kedua betisnya agar tidak basah kainnya, lalu Nabi Sulaiman memberitahukan, bahwa lantai istana ini terbuat dari kaca. Ketika ratu Balqis melihat kekuasaan yang besar ini, maka ratu Balqis langsung menyatakan masuk Islam, ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (Terj. QS. An Naml: 44)

Allah Subhaanahu wa Ta'ala menguji Nabi Sulaiman dengan penyakit keras yang membuat para dokter dari kalangan jin dan manusia kebingungan terhadap penyakit itu, mereka sempat membawakan kepadanya berbagai obat-obatan, namun tidak juga sembuh, bahkan penyakit Nabi Sulaiman 'alaihis salam semakin bertambah parah. Apabila Beliau duduk di atas kursi, maka Beliau duduk seakan-akan sebagai jasad tanpa ruh.

Sakit tersebut terus dirasakan oleh Nabi Sulaiman dalam waktu yang cukup lama, namun Beliau tidak keluh kesah dan berputus asa, bahkan setiap kali bertambah parah sakitnya ia terus berdzikr kepada Allah 'Azza wa Jalla sambil berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya dan meminta kesembuhan sehingga Allah mengabulkan permohonannya dan mengembalikan kesehatannya. Ketika itulah, Nabi Sulaiman 'alaihis salam menyadari bahwa kemuliaannya, kerajaannya, dan kebesarannya tidak menjamin dirinya tetap sehat kecuali jika dikehendaki Allah 'Azza wa Jalla.

Nabi Sulaiman 'alaihis salam ingin membuat rumah yang besar untuk dirinya beribadah kepada  Allah Azza wa Jalla, ia menyuruh jin untuk mengerjakan tugas itu, maka mereka pun menyanggupinya karena mereka ditundukkan untuknya atas perintah Allah. Ketika Nabi Sulaiman berdiri shalat di mihrabnya dengan bersandar pada tongkatnya, tiba-tiba Beliau wafat tanpa diketahui oleh jin. Beliau wafat dalam keadaan bersandar dengan tongkatnya selama setahun, sedangkan jin bekerja keras sebagaimana biasanya tanpa menyadari wafatnya Beliau. Para jin terus memperhatikan Beliau dalam keadaan seperti itu, mereka mengira bahwa Beliau sedang shalat dan berdzikr, sehingga ketika mereka (para jin) melewati Beliau, mereka melihat bahwa Beliau sedang bersandar di atas tongkat; mereka mengira bahwa Beliau masih hidup dan hati mereka dipenuhi rasa takut kepadanya, sehingga para jin terus melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat kecuali setelah datang rayap yang memakan tongkat Nabi Sulaiman, kemudian jasad Beliau pun jatuh ke tanah.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala menampakkan peristiwa ini kepada manusia, karena para jin menipu mereka dengan memberitahukan, bahwa mereka mengetahui yang gaib dan mengetahui hal-hal yang tersembunyi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala ingin memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya kedustaan dakwaan mereka. 

Setelah Nabi Sulaiman 'alaihis salam wafat, maka jin dan manusia segera mendatanginya, dan tahulah jin bahwa ia sudah lama wafat, dan manusia pun mengetahui bahwa pernyataan bahwa jin mengetahui yang gaib adalah dusta, dan bahwa jin sama sekali tidak mengetahui yang gaib. 

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Maka ketika Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan." (Terj. QS. Saba': 14)

Orang-orang Yahudi menyangka bahwa Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah seorang pesihir, maka Allah membantah tuduhan mereka sebagaimana diterangkan dalam surat Al Baqarah: 102.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala memuji Nabi Sulaiman 'alaihis salam karena banyaknya ia beribadah dan bertdaharru' kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, Dia berfirman,

"Dan Kami karuniakan kepada Dawud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya Dia sangat taat (kepada Tuhannya)," (Terj. QS. Shaad: 30)
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Oleh : Marwan bin Musa

Maraji': Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah (www.islam.aljayyash.net), Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah, Shahih Qashashil Anbiya' (Ibnu Katsir, Takhrij Salim Al Hilali), dll.


[1] Maksudnya, apabila Nabi Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari, maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula apabila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment