Benarkah Dahi Hitam Bekas Sujud? |
Banyak orang yang mengatakan bahwa jidat hitam itu bekas
dari sering sujud. Bahkan ada ustadz dan da’i yang mengatakan bahwa memang
orang yang sujud itu bekasnya adalah jidatnya hitam. Salah satu da’i yang
mengatakan hal tersebut adalah Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah acara
ceramahnya, kita bisa lihat di youtube. Saat itu ada jamaah yang bertanya,
“Apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dahinya hitam?” Lalu beliau
menjawab dengan mengatakan, “Itu sudah jelas sebagaimana yang tertera di
Al-Quran surah Al-Fath ayat 29.” Ustadz Khalid Basalamah mengatakan bahwa
kalimat “min atsaris sujud” (dari bekas sujud) bermakna dahi yang hitam. Akan
tetapi benarkah hal ini?
(Baca Juga : Kepercayaan Kristen Yang Dibantah Al-Quran)
Jawaban kami adalah bahwa jidat hitam bukanlah bekas sujud yang
dimaksud ayat Surah Al-Fath ayat 29. Ayat itu berbunyi,
Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan
pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath : 29)
Akan tetapi ini adalah perkataan yang keliru, karena
jidat/dahi hitam tidak membuktikan bahwa itu bekas sujud. Mungkin bisa saja
orang yang sering sujud dan banyak sholat akan membuat dahi hitam, tetapi itu
tidak semuanya. Ada orang yang jarang sholat malah memiliki dahi hitam. Bahkan
ada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak memiliki tanda apapun
(secara fisik) di wajahnya, padahal dia telah berpuluh-puluh tahun sholat
menghadap Allah Jalla Jalaluh.
(Baca Juga : Mukjizat-Mukjizat Nabi 'Isa)
Lalu apa sebenarnya makna “tanda bekas sujud pada muka
mereka” pada ayat surah Al-Fath di atas? Kita bisa merujuk kepada para ahli
tafsir (mufassirin) seperti Ath-Thabari, As-Sa’di, Ibnu Katsir dan lainnya.
Tidak ada satupun ‘ulama tafsir yang berpendapat bahwa bekas sujud itu adalah
dahi yang hitam. Menurut Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat itu, makna bekas
sujud adalah tanda yang baik yang ada pada wajah mereka. Ibnu Katsir juga
menambahkan pada tafsir tersebut bahwa bekas sujud maknanya adalah
penampilannya khusyuk dan rendah diri.
Lalu apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki dahi
hitam? Wallahu a’lam. Tetapi tidak ada satu ayat Al-Quran maupun hadits yang
menyebutkan bahwa dahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hitam karena bekas
sujud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat memang
memiliki tanda bekas sujud pada wajah mereka sebagaimana surah Al-Fath ayat 29
yang kita bahas, tetapi itu bukan berarti dahi hitam, bisa saja akhlaknya yang
baik atau wajahnya yang bersinar. Bahkan ada sahabat yang melihat seseorang
yang memiliki dahi hitam, maka sahabat tersebut menyuruhnya agar menghapus tanda
itu agar memperbaiki penampilannya. Tetapi kalau ada yang dapat menunjukkan
dalil dan rujukan mengenai Nabi yang memiliki dahi hitam karena sujud silahkan,
kami akan menerimanya dengan lapang dada.
Lalu bagaimana tanggapan kita terhadap ucapan Ustadz Khalid
Basalamah? Kami katakan bahwa beliau adalah manusia biasa. Beliau adalah
seorang yang berilmu dan berusaha tegah di atas sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Namun beliau bukanlah makhluk yang sempurna tanpa memiliki
kesalahan. Seperti kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak”. Maka dari itu
wajar saja kalau beliau salah dalam mengatakan sesuatu. Namun kita berharap
agar Ustadz Khalid dapat menyadari kekhilafannya sehingga tidak terjadi
perdebatan yang begitu besar. Kita juga tidak boleh mencela beliau karena
kealpaannya.
Itulah pembahasan kami seputar dahi/jidat yang hitam. Semoga
kita dapat tetap tegak di atas sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari
kita tebarkah sunnah dan ajarkan kepada saudara-saudara kita yang lain.
(Baca Juga : Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Matahari)
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment