(23) Kisah Nabi Yahya 'Alaihissalam Lengkap

Kisah Nabi Yahya 'alaihissalam
Kisah Nabi Yahya 'alaihissalam
Yahya 'alaihis salam adalah salah seorang di antara nabi-nabi Bani Israil. Lahirnya Yahya termasuk tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala. Hal itu, karena ayahnya, yaitu Nabi Zakariya alaihis salam adalah adalah orang yang sudah sangat tua, sedangkan ibunya adalah wanita yang mandul, dimana dari kedua orang tua yang seperti itu biasanya tidak mungkin lahir seorang anak.
Nabi Yahya 'alaihis salam dari sejak kecil sangat cinta kepada ilmu, bahkan Allah Ta'ala memerintahkan Beliau untuk mempelajari kitab Taurat dengan tekun. Oleh karena itu, Yahya berhasil menguasainya dan menghapalnya serta mengamalkan isinya. Allah Ta'ala berfirman, "Wahai Yahya! Ambillah Al-Kitab (Taurat) itu[1] dengan sungguh-sungguh." Dan Kami berikan kepadanya hikmah[2] selagi ia masih kanak-kanak," (Terj. QS. Maryam: 12)
Sejak kecil, Yahya menghindari bermain dengan anak-anak pada umumnya. Disebutkan, bahwa ketika Yahya kecil ada anak-anak yang mendatanginya untuk mengajaknya bermain, lalu mereka berkata, "Wahai Yahya! Kemarilah, mari kita bermain." Maka Yahya menjawab, "Kita tidaklah diciptakan untuk bermain, tetapi diciptakan untuk beribadah kepada Allah."
Nabi Yahya adalah seorang yang tawadhu, sangat sayang kepada kedua orang tuanya. Beliau merupakan teladan dalam berbakti dan bersikap sayang kepada kedua orang tuanya. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman menerangkan tentang Nabi Yahya 'alaihis salam,
وَحَنَانًا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا-- وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّا
"Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,--Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka." (Terj. QS. Maryam: 13-14)
Nabi Yahya berdakwah membawa bendera tauhid bersama ayahnya, ia mengajak manusia dari kegelapan syirk kepada cahaya tauhid, dari gelapnya kesesatan kepada cahaya petunjuk, dan Beliau sangat perhatian terhadap umatnya dan menasihati mereka agar menjauhi penyimpangan-penyimpangan yang ada ketika itu.
Pada suatu hari, Nabi Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitulmaqdis, lalu Beliau menaiki mimbar dan berkhutbah:
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ بِهِنَّ، وَآمُرَكُمْ أَنْ تَعْمَلُوا بِهِنَّ: أَوَّلُهُنَّ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَإِنَّ مَثَلَ مَنْ أَشْرَكَ بِاللَّهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اشْتَرَى عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بِذَهَبٍ أَوْ وَرِقٍ، فَقَالَ: هَذِهِ دَارِي وَهَذَا عَمَلِي فَاعْمَلْ وَأَدِّ إِلَيَّ، فَكَانَ يَعْمَلُ وَيُؤَدِّي إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ، فَأَيُّكُمْ يَرْضَى أَنْ يَكُونَ عَبْدُهُ كَذَلِكَ؟ وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ، فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ، وَآمُرُكُمْ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ فِي عِصَابَةٍ مَعَهُ صُرَّةٌ فِيهَا مِسْكٌ، فَكُلُّهُمْ يَعْجَبُ أَوْ يُعْجِبُهُ رِيحُهَا، [ص:149] وَإِنَّ رِيحَ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ، وَآمُرُكُمْ بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ العَدُوُّ، فَأَوْثَقُوا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا عُنُقَهُ، فَقَالَ: أَنَا أَفْدِيهِ مِنْكُمْ بِالقَلِيلِ وَالكَثِيرِ، فَفَدَى نَفْسَهُ مِنْهُمْ، وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ العَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ، كَذَلِكَ العَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ "
"Sesungguhnya Allah menyuruhku mengerjakan lima perkara, dan aku menyuruh kalian juga untuk mengerjakannya. Yang pertama adalah agar kalian beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan sesungguhnya perumpamaan orang yang menyekutukan Allah adalah seperti orang yang membeli budak dari hartanya yang murni dengan sebuah emas atau perak, lalu ia berkata, "Ini adalah tempatku dan seperti inilah pekerjaanku. Maka bekerjalah dan serahkanlah (hasilnya) kepadaku." Ia pun bekerja, tetapi malah menyerahka hasilnya kepada selain tuannya, maka siapakah di antara kalian yang ridha jika budaknya berbuat seperti itu?" Allah juga memerintahkan kalian melakukan shalat. Jika kalian shalat, maka janganlah kalian menoleh, karena Allah menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya dalam shalatnya selama ia tidak menoleh. Aku juga menyuruh kalian melakukan puasa. Sesungguhnya perumpamaannya adalah seperti orang yang berada dalam sebuah golongan, ia memiliki kantong yang di dalamnya terdapat kesturi, maka masing-masing mereka merasa takjub atau dibuat takjub oleh wanginya. Dan sesungguhnya bau orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Aku juga menyuruh kalian bersedekah. Sesungguhnya perumpamaannya adalah seperti orang yang ditawan oleh musuh, lalu mereka mengikat tangannya ke lehernya, kemudian mereka membawanya untuk dipenggal lehernya, maka ia berkata, "Saya siap menebus dari kalian dengan sedikit (harta) dan banyak." Lalu ia menebus dirinya dari mereka. Aku juga memerintahkan kalian untuk berdzikr kepada Allah. Sesungguhnya perumpamaannya adalah seperti seorang yang dikejar cepat oleh musuh, sehingga ketika ia menemukan benteng yang kokoh, lalu ia melindungi dirinya dari musuh itu. Demikianlah seorang hamba, ia tidak dapat melindungi dirinya dari setan kecuali dengan Dzikrullah." [3] (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Nabi Yahya 'alaihis salam adalah seorang yang suka mengasingkan diri dan Beliau sama sekali tidak ada keinginan untuk berbuat dosa apalagi mengerjakannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ وَلَدِ آدَمَ، إِلا قَدْ أَخْطَأَ، أَوْ هَمَّ بِخَطِيئَةٍ، لَيْسَ يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا،
"Tidak ada seorang pun dari anak cucu Adam melainkan pernah berbuat dosa atau berkeinginan berbuat dosa selain Yahya bin Zakariya." (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Abu Ya'la, Thabrani, Al Bazzar, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Asakir. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Salim Al Hilali, isnad hadits ini adalah dha'if karena ada Ali bin Zaid bin Jud'an seorang yang dha'if, namun hadits ini memiliki jalan dan syahid sebagaimana yang dikumpulkan dan disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah (6/2984). Oleh karena itu, Syaikh Salim menghukuminya shahih).
Beliau juga seorang yang hashur, yakni tidak memiliki kecenderungan kepada wanita.
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berisra-mi'raj, maka Beliau bertemu Yahya di langit kedua dalam keadaan duduk bersama Nabi Isa putera Maryam.
Disebutkan dalam riwayat, bahwa Nabi Isa 'alaihis salam wafat dalam keadaan dibunuh oleh Bani Israil. Ibnu Katsir menyebutkan sebab mengapa Nabi Yahya 'alaihis salam dibunuh, yang paling masyhurnya adalah ketika Raja pada zaman itu yang tinggal di Damaskus ingin menikah dengan salah seorang mahramnya atau wanita yang tidak halal dinikahi, lalu Nabi Yahya 'alaihis salam melarangnya. Antara raja dengan wanita itu telah terjalin rasa cinta, maka si wanita itu meminta kepada raja agar diberikan kepadanya darah Nabi Yahya, maka raja pun mengirimkan beberapa orang untuk membunuh Nabi Yahya dan membawa kepala dan darahnya dalam sebuah wadah kepada wanita itu, tetapi kemudian wanita itu langsung binasa.
Para Ahli Sejarah berselisih tentang tempat terbunuhnya Nabi Yahya; apakah di Masjidil Aqsha atau di tempat yang lain?
Ats Tsauriy meriwayatkan dari Al A'masy, dari Syamr bin 'Athiyyah, ia berkata, "Telah dibunuh di atas Shakhrah yang berada di Baitul Maqdis tujuh puluh Nabi, di antaranya adalah Yahya bin Zakariyya 'alaihis salam."
Abu 'Ubaid Al Qasim bin Salam meriwayatkan dari Sa'id bin Al Musayyib, ia berkata, "Raja Bukhtanasher pernah datang ke Damaskus. Ternyata dilihatnya ada darah Yahya bin Zakariyya yang menggelegak, lalu ia bertanya tentang darah itu? Lalu orang-orang memberitahukan kepadanya, maka karena darah itu, raja Bukhtasaher membunuh tujuh puluh ribu (Bani Israil), lalu darah itu pun tenang."
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa isnad ini shahih sampai kepada Sa'id bin Al Musayyib, dan hal ini menunjukkan, bahwa Nabi Yahya dibunuh di Baitul Maqdis.
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Oleh : Marwan bin Musa

Maraji’: Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah, Shahih Qashashil Anbiya', dll.


[1] Maksudnya, pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya, dan sampaikan kepada umatmu.
[2] Maksudnya: kenabian. atau pemahaman Taurat dan pendalaman agama.
[3] Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga memerintahkan kita lima perkara di samping memerintahkan juga lima hal tadi, yaitu: mendengar dan taat kepada pemimpin, berjihad, berhijrah, serta tetap berjamaah.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment