Islam adalah satu-satunya agama yang benar di muka bumi ini.
Untuk menjalankan kehidupan beragama dan kehidupan sehari-hari diperlukan
petunjuk sesuai dengan tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya. Jadi, untuk
melaksanakan segala aktifitas baik itu urusan dunia dan akhirat kita memiliki
pedoman berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Jadi Al-Quran dan Al-Hadits adalah
sumber hukum Islam. Dengan mengikuti Al-Quran dan Hadits kita tidak akan
tersesat selama-lamanya. Kalau Al-Quran kita sudah tahu bahwa isinya sudah pasti
benar 100% datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jadi segala sesuatu yang
terdapat di Al-Quran tidak usah diragukan isinya dan semua ayatnya dijamin
otentik. Sedangkan Al-Hadits tidak semuanya 100% berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Karena ada orang-orang tertentu yang diragukan dalam menyampaikan
sebuah hadits. Maka dari itu tidak semua hadits bisa langsung kita terima dan
kita gunakan. Ada hadits yang sahih, hasan, dhoif dan maudhu’. Meskipun ada
banyak pembagian hadits, akan tetapi kita tidak membahas semuanya, kita hanya
membahas empat pokok hadits ini saja, yaitu shahih, hasan, dhoif dan maudhu’.
Hadits sahih dan hasan dapat kita gunakan dan terima sebagai
hadits yang sanadnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sedangkan hadits dhoif dan maudhu’ tidak dapat kita terima sebagai
hadits yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena ada sesuatu
yang diragukan, bisa berupa perawi hadits yang mungkin hafalannya kurang atau
ada sanad yang terputus. Hal ini sangat penting karena untuk menjalankan banyak
ibadah dan kehidupan beragama kita sangat membutuhkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Bayangkan saja jikalau tidak ada hadits maka kita tidak akan tahu
tata cara sholat, puasa, zakat, haji, umrah. Tanpa hadits kita tidak akan
mengetahui berbagai hukum yang tidak dijelaskan secara detail oleh Al-Quran.
Dan tanpa hadits kita tidak akan dapat mengetahui sejarah lengkap kehidupan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dari itu kita harus
mengetahui hadits siapa saja yang sahih dan dhoif, sehingga kita tahu apakah
suatu hadits memang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau tidak
bisa dijamin lagi berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu hadits riwayat siapa saja yang sahih dan siapa saja
yang dhoif? Sudah menjadi kesepakatan para ‘ulama dari zaman dulu sampai
sekarang bahwa ada dua hadits yang sudah dipastikan kesahihannya dan sudah
dipastikan sanadnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Hadits itu adalah Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Hadits Riwayat Imam
Muslim. Kedua ini adalah kitab sahih kedua setelah Al-Quran. Baik Imam Bukhari
ataupun Imam Muslim melakukan penelitian panjang, serius dan terperinci dalam
menentukan kesahihan suatu hadits, mereka begitu hati-hati dan langsung
menjumpai langsung orang-orang yang berhubungan dengan suatu hadits. Jadi
jikalau kita mendengar dan melihat tulisan “HR. Bukhari dan HR. Muslim” maka
dapat dipastikan hadits tersebut adalah sahih. Akan tetapi hadits tersebut
memang ada di kitab sahih Bukhari dan Muslim, bukan asal buat saja. Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebut juga Hadits Sahihain,
Syaikhain, dan Muttafaqun ‘alaih. Jadi kalau kita menemukan salah satu tiga
istilah hadits ini maka itu adalah milik Bukhari dan Muslim.
Sedangkan Hadits Riwayat yang diriwayatkan oleh selain Imam
Bukhari dan Muslim maka tidak semua haditsnya sahih dan tidak semuanya dhoif.
Hadits tersebut bisa saja sahih dan bisa juga tidak. Di antara hadits-hadits
yang belum pasti sahih adalah yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad, Al-Hakim,
Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa’i dan lain sebagainya. Lalu bagaimana kita
mengetahui hadits-hadits ini sahih ataupun tidak? Kita dapat mengetahuinya dari
perkataan para ‘ulama yang menilai hadits-hadits tersebut. Di antara para ‘ulama
ahli hadits yang banyak menilai suatu hadits apakah sahih ataukah tidak adalah
Syeikh Nashiruddin Al-Albani dan Syeikh Syu’aib Al-Arnauth.
Keilmuan dua orang
ini tidak usah diragukan lagi karena mereka banyak mengabdikan hidup mereka untuk
meneliti hadits. Maka dari itu sering kita mendengar kata-kata “disahihkan oleh
Al-Albani” atau “didhoifkan oleh Al-Albani.” Tetapi kita tidak akan pernah
menjumpai kalimat “HR. Bukhari dan disahihkan Al-Albani.” Karena para ‘ulama
sudah menganggap bahwa Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim sebagai hadits sahih,
akan tetapi yang dinilai adalah hadits riwayat selain Imam Bukhari-Muslim. Namun
tidak semua hadits sahih terdapat di kitab Sahih Bukhari dan Muslim dan tidak
semua hadits Bukhari dan Muslim juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad, Ibnu
Majah dan lainnya.
Jadi intinya adalah hadits riwayat yang sahih adalah milik
Imam Bukhari dan Imam Muslim. Sedangkan Abu Daud, An-Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad,
Ibnu Majah dan lainnya tidak semuanya sahih, karena ada juga yang dhoif
(lemah). Jadi untuk mengetahui kesahihannya kita bisa merujuk kepada perkataan
para ‘ulama yang memang ahli dan pakar dalam bidang hadits seperti Syeikh
Nashiruddin Al-Albani.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment