Pelajaran Al-Quran Kasih Sayang Ayah Terhadap Anaknya |
Al-Quranul Karim adalah sebaik-baik kitab yang memberi
pelajaran kepada umat manusia. Isinya merupakan petunjuk dan pedoman terbaik
bagi yang mengikutinya.
Dan
ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum
datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (Q.S.
Az-Zumar : 55)
Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai kisah
Al-Quran yang menunjukkan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.
1.
Kisah Nuh
dan anaknya
Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengirimkan hujan lebat
dari langit dan mengeluarkan mata air dari bumi maka tahulah Nuh bahwa
ketetapan Allah telah berlaku. Maka Nuh pun berusaha mengumpulkan orang-orang
yang beriman dan hewan-hewan yang sepasang agar masuk ke dalam kapal yang telah
ia buat, tanpa terkecuali Nuh juga mengajak keluarganya.
Dan
bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh
memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang yang kafir." (Q.S. Huud : 42)
Akan tetapi anak nabi Nuh (Qanaan) tidak mau ikut sang ayah.
Anaknya
menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku
dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari
azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan. (Q.S. Huud : 43)
Setelah banjir selesai maka Nuh pun berdoa kepada Allah
Dan
Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar.
Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." (Q.S. Huud : 45)
Tapi Allah mengatakan bahwa anaknya itu adalah anak yang
durhaka dan tidak dijanjikan akan diselamatkan
Allah
berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak
baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu
jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Q.S. Huud : 46)
Akhirnya Nuh pun berlepas diri dari anaknya dan
mengikhlaskan kepergian anaknya itu.
Nuh
berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon
kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya
Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. Huud :
47)
Lihatlah begitu sayangnya Nuh dengan anaknya. Meskipun
anaknya ditenggelamkan oleh Allah tetapi dia memohon agar diselamatkan kembali.
Tetapi Allah tidak mengabulkan permintaan Nuh karena anaknya termasuk anak yang
ingkar dan lebih memilih kekafiran daripada keimanan.
(Baca Juga : Ayat Al-Quran Tentang Siang Harik)
2.
Kisah
Luqman dan anaknya
Allah Ta’ala mengabadikan kisah Luqman saat menasehati anaknya
di dalam surah Luqman. Begitu sayangnya Luqman terhadap anaknya sehingga
memberikan banyak nasehat penting. Di antara nasehatnya adalah.
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Q.S.
Luqman : 13)
(Luqman
berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui. (Q.S. Luqman : 16)
Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17)
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman : 18)
Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S. Luqman : 19)
Hal ini sudah semestinya dicontoh oleh kita selaku orang
tua. Hal pertama yang kita ajarkan kepada anak kita adalah tauhid yang benar,
lalu beramal sholih, mengerjakan sholat, tidak berbuat sombong dan bersikap
sopan. Luqman tidak ingin anaknya tersesat dan menjadi anak yang durhaka.
Luqman begitu sayang kepada anaknya dan ingin anaknya menjadi anak yang sholih.
3.
Kisah
Ibrahim dengan Isma’il dan Ishaq
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah hamba Allah yang sangat
cinta kepada Allah dan begitu taat kepada-Nya. Sampai-sampai Allah menjadikan
Ibrahim sebagai kesayangan-Nya. Allah pun menganugerahkannya dua orang putra
yang sholih. Masing-masing mereka dijadikan Allah sebagai nabi.
Maka
ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka
sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Q.S. Maryam : 49)
Atas anugerah yang sangat besar itu Nabi Ibrahim
‘alaihissalam pun bersyukur kepada Allah.
Segala
puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan
Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
(Q.S. Ibrahim : 39)
Begitu sayangnya Ibrahim kepada dua orang putranya ini.
Sebelum kelahiran Ishaq, Allah Ta’ala menguji Ibrahim agar menyembelih Isma’il.
Nabi Ibrahim dengan penuh keikhlasan dan mengharap ridho Allah pun menjalankan
perintahnya. Sebelum itu Ibrahim meminta izin kepada Isma’il untuk
menyembelihnya. Isma’il pun memerintahkan kepada sang ayah agar melaksanakan
perintah Allah tersebut. Ketika Ibrahim hendak menyembelih Isma’il maka Allah
menggantikan sesembelihan itu dengan seekor kambing. Ibrahim berhasil melewati
ujian yang maha dahsyat dan terbukti keimanannya yang begitu besar terhadap
Allah. Ibrahim lebih cinta kepada Allah daripada keluarganya sendiri, bahkan
Ibrahinm lebih cinta kepada Allah dibandingkan dirinya sendiri dan apa yang
dimilikinya.
Itulah pelajaran tentang kasih sayang seorang ayah terhadap
anaknya. Mari kita teladani kisah-kisah di atas. Karena kisah-kisah di atas
sengaja diceritakan Allah dan dimuat di dalam kitab-Nya agar menjadi teladan
bagi kita semua.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment