Dua Orang Yang Mengaku Tuhan di Al-Quran |
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepada kita
Al-Quranul Karim yang memuat banyak hal, mulai dari kisah-kisah, pedoman hidup,
ibadah, dan lain sebagainya. Kisah-kisah di Al-Quran memiliki banyak hikmah, ada
yang kita gunakan sebagai panutan untuk dijadikan contoh dan ada yang kita
gunakan sebagai pelajaran agar kita tidak sepertinya. Kalau kisah-kisah yang
dijadikan panutan tentu saja kisah-kisah dari hamba Allah yang sholih.
Sedangkan kisah yang dijadikan sebagai pelajaran agar tidak sepertinya adalah
kisah orang-orang yang mendurhakai Allah.
Kami
menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui. (Q.S. Yusuf : 3)
Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai dua orang
yang mengaku Tuhan di dalam Al-Quran. Siapa sajakah mereka? Simak selengkapnya
pada tulisan ini.
1. Namrudz
Namrudz adalah raja dari Babilonia yang memerintah pada masa
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Di dalam Al-Quran dia disebutkan secara tersirat.
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Baqarah : 258)
Kisah di atas memperlihatkan bagaimana Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam saat berdebat dengan musuh Allah Namrudz. Namrudz
mengakui dirinya tuhan karena memiliki kekuasaan yang tidak tertandingi saat
itu. Dia tidak mengetahui bahwa kekuasaan itu diberikan oleh Allah Jalla
Jalaluh. Ketika mereka berdebat Nabi Ibrahim khalilullah memberikan statement bahwa Tuhannya adalah Tuhan yang
dapat menghidupkan dan mematikan. Akan tetapi pernyataan itu dibalas oleh
Namrudz dengan mengatakan bahwa dia juga mampu menghidupkan dan mematikan.
Namun menghidupkan yang dimaksud Namrudz
adalah membiarkan seseorang hidup, sedangkan mematikan yang dimaksud adalah
membunuh orang. Hal ini tentu saja bukanlah yang dimaksud oleh Ibrahim
‘alaihissalam. Maksud Nabi Ibrahim Tuhan yang menghidupkan adalah menghidupkan
seseorang dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan mematikan yang dimaksud
adalah mencabut ruh dari jasad seseorang.
Meskipun begitu Ibrahim ‘alaihissalam
berusaha mengalahkan Namrudz dengan mengeluarkan pernyataan lainnya. Nabi
Ibrahim menjelaskan bahwa Tuhannya (Allah) adalah Tuhan yang menerbitkan
matahari dari timur, maksudnya adalah Allah Maha Kuasa, Dia bisa saja menerbitkan
matahari dari barat atau dari mana saja yang dikehendaki Allah Ta’ala. Maka
dari itu Nabi Ibrahim menantang Namrudz bisakah dia menerbitkan matahari dari
barat atau tidak. Setelah itu Namrudz pun terdiam karena tidak mampu menjawab
Ibrahim. Itu adalah bukti bahwa memang Namrudz bukan tuhan dan orang yang
sangat durhaka kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala.
(Baca Juga : Ayat Al-Quran Tentang Perak)
2. Fir’aun
Fir’aun yang diceritakan di Al-Quran adalah
raja yang memerintah pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam. Beliau adalah orang
yang sangat zalim, durhaka dan sombong. Sampai-sampai dikatakan bahwa Fir’aun
itu adalah manusia yang paling bejat dan kejam yang pernah hidup di muka bumi
ini. Fir’aun mengaku bahwa dia adalah tuhan karena memiliki kekuasaan yang
banyak dan tidak ada yang menandingi pemerintahannya saat itu. Dia pun
berkhutbah di hadapan menteri dan jajaran pemerintahannya.
(Seraya)
berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (Q.S. An-Naazi’aat : 24)
Karena kesombongan dan kedurhakaannya kepada
Allah dan rasul-Nya Musa ‘alaihissalam maka Allah pun mengazabnya baik di dunia
maupun di akhirat.
Maka
Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (Q.S. An-Naazi’aat
: 25)
Azab Fir’aun di dunia adalah
ditenggelamkannya dia di laut Merah saat sedang mengejar nabi Musa ‘alaihissalam
dan hilanglah semua kekuasaannya. Dia juga disiksa kubur sampai hari kiamat
kelak. Sedangkan di akhirat dia adalah penghuni neraka.
Kisah-kisah di atas adalah pelajaran bagi
kita semua bahwa kita tidak boleh sombong dan durhaka kepada Allah, apalagi
sampai-sampai mengaku sebagai tuhan. Ketahuilah bahwa hanya Allah saja yang
patut disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah : 163)
Tuhan kita adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi.
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran? (Q.S. Yunus : 3)
Tuhan kita adalah Allah yang tidak ada
sekutu bagi-Nya sesuatupun.
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar. (Q.S. Al-Baqarah : 255)
(Baca Juga : Apakah Orang Kafir Bisa Masuk Surga?)
Semoga pembahasan ini menjadi pelajaran bagi
kita dan menambah ketaatan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment