Menjawab Tuduhan Syiah “Tidak Perlu Ahlul Bait Untuk Memahami Al-Quran”


Syiah
Syiah

Banyak ulama-ulama syiah yang menyebutkan bahwasannya untuk memahami Al-Quranul Karim dibutuhkan ahlul bait Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Untuk itu tulisan ini akan mengungkap bahwasannya perkataan itu adalah suatu kedustaan belaka dan mereka mengatakan itu karena kecintaan mereka terhadap ahlul bait yang berlebihan sehingga berdampak kepada kekafiran yang tersembunyi. Jadi, untuk memahami Al-Quranul Karim kita bisa memahaminya sendiri (otodidak) karena memang banyak ayat Al-Quran yang sudah jelas maknanya, bisa juga dengan bantuan para ulama, para penghafal hadits dan orang-orang yang memang memfokuskan dirinya terhadap Al-Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada pembahasan kali ini kita hanya akan merujuk kepada Al-Quran saja, karena kita tidak perlu berbicara jauh sampai kepada Al-Hadits karena rujukan Al-Quran sudah sangat jelas dan pasti diterima oleh setiap muslim, akan tetapi jika suatu hadits bisa saja ada perbedaan tentang kedudukannya, entah itu hadits shahih, mursal, dho’if, bahkan maudhu’. Kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar. (Q.S. Al-Furqaan : 52)
Dalil yang pertama

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam). (Q.S. Al-Maa’idah : 83)

Ayat di atas adalah mengenai rahib-rahib Kristen dan orang-orang Kristen yang tidak menyombongkan diri sebagaimana yang disebutkan pada ayat sebelumnya

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. (Q.S. Al-Maa’idah : 82)

Apakah mereka memerlukan ahlul bait untuk memahami Al-Quran? Tentu saja tidak.
Dalil yang kedua

Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami, (Q.S. Al-Jinn : 1-2)

Ayat di atas berbicara mengenai sekelompok jin yang beriman kepada risalah yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah mereka mendengarkan Al-Quran. Apakah para jin tersebut memerlukan ahlul bait untuk memahami ayat Al-Quran? Tentu saja tidak.

Jadi berdasarkan dua dalil saja sudah jelas bahwasannya setiap orang tidak perlu ahlul bait untuk memahami Al-Quran. Misalnya saja, seorang beragama Kristen yang takjub dengan isi Al-Quran kemudian masuk ke dalam agama Islam. Apakah dia membutuhkan ahlul bait? Jawabannya tentu saja tidak.

Jadi sudah jelas keyakinan syiah itu sesat, bahkan mereka (Syiah) lebih berbahaya daripada Yahudi dan Kristen karena keimanan dan akidah mereka tersembunyi. Kelihatannya mereka muslim, mereka sholat, baca Al-Quran, puasa, akan tetapi mereka juga berlebihan terhadap ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, bukan hanya itu saja. Mereka sampai menuhankan sosok Khalifah keempat umat Islam ini, mereka juga bersikap berlebihan terhadap ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Fathimah (istri ‘Ali sekaligus putri baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), Hasan dan Husain (putra ‘Ali sekaligus cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Maka dari itu, kita jangan mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan syiah, perkataannya dan rayuan-rayuan dahsyatnya, karena mereka hendak menyesatkan kita terutama umat Islam. Intinya, berpegang teguhlah terhadap Al-Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ssallam, dengan itu kita tidak akan tersesat selama-lamanya.
Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment