Ilustrasi |
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengutus banyak
rasul kepada umat-umat terdahulu sebelum kita, ada Nabi Nuh ‘alaihissalam, Nabi
Hud ‘alaihissalam, Nabi Sholih ‘alaihissalam, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan
lain sebagainya. Bahkan Allah Tabaraka Wa Ta’ala mengabadikan nama-nama kaum
para rasul tersebut di dalam Al-Quran seperti kaum Tsamud, kaum ‘Aad, kaum
Fir’aun, kaum Rass dan lain-lain. Pada tulisan kali ini, kita akan membahas
sedikit mengenai dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam kepada kaum ‘Ad yang merupakan
umatnya. Semoga kita dapat mengambil hikmah yang banyak dari ayat-ayat Allah di
bawah ini.
Kaum ‘Ad adalah kaumnya
Nabi Hud ‘alaihissalam, beliau merupakan rasul pilihan Allah Ta’ala yang
sengaja Allah ‘Azza Wa Jalla pilih untuk kaum ‘Ad.
Dan
kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah
mengada-adakan saja. (Q.S. Huud : 50)
Dakwah utama Nabi Hud ‘alaihissalam adalah mengajarkan
ketauhidan Allah Tabaraka Wa Ta’ala, Nabi Hud ‘alaihissalam mengajak umatnya
untuk hanya menyembah Allah semata, karena tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Dia. Dakwah ketauhidan juga merupakan semua dakwah utama para nabi dan
rasul Allah yang ada di muka bumi ini, hal itu bisa kita lihat di banyak ayat
Al-Quran. Beberapa di antaranya ialah berikut ini.
Dan
kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.
Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan
azab hari yang membinasakan (kiamat)." (Q.S. Huud : 84)
Ayat di atas adalah dakwah Nabi Syu’aib
‘alaihissalam kepada penduduk Madyan.
Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya."
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa
azab hari yang besar (kiamat). (Q.S. Al-A’raaf : 59)
Ayat di atas merupakan dakwah Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada
kaumnya.
Dan
(Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu.
Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang
karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. Al-A’raaf : 73)
Ayat di atas adalah dakwah Nabi Sholih
‘alaihissalam kepada kaumnya, yakni kaum Tsamud.
Jadi, inti dari dakwah semua para nabi dan rasul Allah ‘Azza
Wa Jalla adalah ketauhidan Allah Ta’ala, tidak ada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Dia, dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kita lanjut persoalan dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam, setelah
beliau mengajak umatnya untuk menyembah Allah Ta’ala maka beliau melanjutkan
dakwahnya
Hai
kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain
hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu
memikirkan(nya)?" (Q.S. Huud : 51)
Beliau menjelaskan bahwa dakwahnya adalah bentuk ketaatannya
kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, bukan semata-mata karena dibayar ataupun mendapat
upah dari kaumnya. Nabi Hud ‘alaihissalam berdakwah dengan penuh keikhlasan dan
mengharap ridho Allah Ta’ala.
Kemudian Nabi Hud ‘alaihissalam melanjutkannya,
Dan
(dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa." (Q.S. Huud : 52)
Setelah itu Nabi Hud ‘alaihissalam mengajak umatnya yakni
kaum ‘Ad untuk memohon ampun kepada Allah seraya bertaubat kepada-Nya, dengan
itu semua Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menambahkan nikmat-Nya, baik berupa kekuatan
ataupun nikmat lainnya. Nabi Hud ‘alaihissalam juga tidak lupa mengingatkan
bahwa jangan sekali-kali dibutakan dengan perbuatan dosa, karena sekecil apapun
perbuatan dosa itu, maka seketika itu pula kita meremehkan murka Allah Tabaraka
Wa Ta’ala, kita tampak sepele dengan hal itu.
Lalu apa jawaban kaum ‘Ad mendengar dakwah Nabi Hud
‘alaihissalam ini?
Kaum
'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti
yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami
karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. (Q.S.
Huud : 53)
Kaum ‘Aad bukannya mentaati perintah rasul mereka malah
membantahnya secara terang-terangan. Tidak sampai di situ saja, Kaum ‘Aad
melanjutkan pidato mereka di hadapan Nabi Hud ‘alaihissalam
Kami
tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan
penyakit gila atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi
kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu
dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. (Q.S.
Huud : 54-55)
Kaum ‘Aad percaya bahwa Tuhan adalah sembahan-sembahan yang
mereka sembah. Maka Nabi Hud ‘alaihissalam menjawabnya dengan kesaksian
ketauhidannya dan bukti bahwa beliau berlepas diri dari apa yang dilakukan
umatnya yang zalim itu. Nabi Hud ‘alaihissalam kemudian melanjutkan dakwahnya,
Sesungguhnya
aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang
melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus (Q.S. Huud : 56)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam situasi tersebut Nabi
Hud ‘alaihissalam bertawakkal kepada Allah, menyerahkan segala urusannya kepada
Allah Jalla Jalaluh.
Lalu apa yang terjadi pada umat Nabi Hud ‘alaihissalam yang
durhaka?
Jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat)
yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti
(kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat
kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala
sesuatu. (Q.S. Huud : 57)
Maka Allah Ta’ala pun mengazab mereka dan Allah Ta’ala
menyelamatkan nabi Hud ‘alaihissalam bersama umatnya yang beriman
Dan
tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Huud dan orang-orang yang beriman
bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di
akhirat) dari azab yang berat. (Q.S. Huud : 58)
Dan Allah Tabaraka Wa Ta’ala pun mengakhiri kisah dakwah
Nabi Hud ‘alaihissalam kepada umatnya di dalam Surah Huud
Dan
itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka,
dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa
yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). Dan mereka selalu diikuti
dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah,
sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah
bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu. (Q.S. Huud : 59-60)
Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari
kisah di atas, terutama adalah kita harus menyampaikan kebenaran kepada semua
orang, tidak peduli dia itu keluarga kita atau tidak. Karena kebenaran harus
ditegakkan dan tetap dijunjung tinggi, Tuhan pun akan bersama orang-orang yang
menegakkan keadilan dan kebenaran. Dan salah satu kebenaran yang harus
ditegakkan adalah “mengajak setiap orang untuk senanitasa menyembah Allah ‘Azza
Wa Jalla dengan sebenar-benarnya dan jangan sekali-kali kita mendurhakai-Nya.”
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment