Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di Al-Quran Lengkap


Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di Al-Quran Lengkap
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di Al-Quran Lengkap

Kisah antara Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah salah satu kisah yang cukup terkenal di telinga umat Islam. Kisah ini adalah sepetik kisah di antara banyaknya kisah yang diceritakan Al-Quranul Karim. Begitu banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari kisah pertemuan antara Kalamullah Musa ‘alaihissalam dengan Nabi Khidir ‘alaihissalam. Maka sangat menarik sekali untuk dibahas pada tulisan kali ini.

Kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan Nabi Khidir diawali pada Surah Al-Kahfi ayat 60

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." (Q.S. Al-Kahf : 60)

Murid Nabi Musa ‘alaihissalam di sini menurut para ahli tafsir adalah Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihissalam.


Kisah pun berlanjut,

Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." (Q.S. Al-Kahf : 61-63)

Lalu apa yang dilakukan mereka?

Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S. Al-Kahf : 64)

Setelah itu bertemulah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Nabi Khidir ‘alaihissalam.

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahf : 65)

Nabi Musa ‘alaihissalam meminta izin untuk ikut bersama Nabi Khidir ‘alaihissalam

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Q.S. Al-Kahf : 66)

Apa jawaban Nabi Khidir?

Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"  (Q.S. Al-Kahf : 67-68)

Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab pernyataan Khidir

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." (Q.S. Al-Kahf : 69)

Lalu Nabi Khidir mengingatkan Nabi Musa ‘alaihissalam

Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." (Q.S. Al-Kahf : 70)

Keluhan Pertama Nabi Musa tentang Khidir yang melobangi perahu

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. (Q.S. Al-Kahf : 71)

Apa jawaban Khidir?

Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku." (Q.S. Al-Kahf : 72)

Nabi Musa ‘alaihissalam lupa akan janjinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." (Q.S. Al-Kahf : 73)


Keluhan Kedua Nabi Musa tentang Khidir yang membunuh seorang anak

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar." (Q.S. Al-Kahf : 74)

Lagi-lagi Khidir berusaha mengingatkan Musa

Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" (Q.S. Al-Kahf : 75)

Kali ini Nabi Musa ‘alaihissalam memang tidak lupa dan memohon maaf atas keluhan keduanya ini.

Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku." (Q.S. Al-Kahf : 76)

Keluhan Ketiga Nabi Musa tentang Khidir yang membangun kembali dinding yang roboh

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." (Q.S. Al-Kahf : 77)

Kemudian Nabi Khidir merasa cukup sampai di situ kebersamaannya dengan Musa karena sudah tiga kali Khidir mengingatkan agar jangan bertanya apa-apa tentang apa yang diperbuatnya, tetapi tetap saja Musa memprotes tindakannya. Selanjutnya Khidir berpesan bahwa dia akan memberitahu apa tujuan tentang perbuatan yang dilakukannya tadi.

 Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Q.S. Al-Kahf : 78)

Hikmah Perbuatan Pertama

Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (Q.S. Al-Kahf : 79)

Hikmah Perbuatan Kedua

Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). (Q.S. Al-Kahf : 80-81)

Hikmah Perbuatan Ketiga

Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (Q.S. Al-Kahf : 82)

Jadi itulah tujuan dari perbuatan-perbuatan Khidir yang mana Musa tidak sabar terhadap hal itu. Khidir juga menjelaskan bahwa semua perbuatannya ini bukan menurut hawa nafsunya, akan tetapi karena wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Di antara hikmah yang dapat kita petik dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di atas adalah kita harus ingat janji kita, kalau lupa satu kali atau dua kali masih wajar, tetapi kalau sudah tiga kali itu namanya keterlaluan. Hikmah selanjutnya adalah kita harus bersabar terhadap suatu perkara jika menurut kita itu salah, karena bisa saja perkara tersebut benar. Jadi kita tidak boleh menuduh sesuatu salah tetapi kita kurang mengerti tentang maksud sesuatu itu.

Semoga kita dapat memetik banyak hikmah dari kisah ini dan semakin menambah kecintaan kita terhadap Al-Quran.


Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment