Hanya Mengikuti Al-Quran dan Meninggalkan Hadits? |
Al-Quran adalah kitab terakhir yang Allah Subhanahu Wa
Ta’ala turunkan kepada umat manusia. Al-Quran adalah penyempurna risalah wahyu
Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Al-Quran adalah kitab dengan isi yang sempurna tanpa
cacat sedikitpun. Tidak ada keraguan sedikitpun di dalam Al-Quranul Karim.
Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun. (Q.S. Az-Zumar : 23)
Al-Quran adalah kitab yang lengkap. Al-Quran tidak
membutuhkan perubahan ataupun revisi karena memang sudah disempurnakan Allah
Jalla Jalaluh. Mungkin ada yang bertanya di antara kita, “Apakah Al-Quran sudah
cukup? Apakah kita tidak memerlukan Hadits lagi sebagai tambahannya? Bagaimana
jika ada orang yang hanya mengikuti Al-Quran tapi tidak mengikuti hadits”
Jawaban dari pertanyaan itu adalah, “Al-Quran itu sudah lengkap, Al-Quran tidak
membutuhkan hadits untuk menyempurnakannya biar lengkap.” Akan tetapi bagaimana
dengan orang yang hanya mengikuti Al-Quran tapi meninggalkan hadits karena dia
merasa Al-Quran sudah cukup? Justru karena dia mengikuti keseluruhan Al-Quran
maka dia wajib mengikuti hadits juga. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang
disebutkan Al-Quran yang memerintahkan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melalui hadits-haditsnya. Lihatlah ayat-ayat di bawah ini,
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al- Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S.
An-Nisaa’ : 59)
Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S. Al-Jumu’ah : 2)
Dan
taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan
berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Q.S.
Al-Maa’idah : 92)
Jadi jika ada orang yang mengaku mengikuti
Al-Quran saja tetapi meninggalkan hadits, itu berarti dia belum mentaati semua
perintah Al-Quran. Al-Quran sendiri dengan jelas memerintahkan agar mengikuti
hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Baca Juga : Ayat Al-Quran Tentang Ilmu Geografi)
Lalu mengapa Al-Quran memerintahkan untuk
mengikuti hadits? Bukankah Al-Quran sudah menjelaskan segala sesuatu?
(Dan
ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl : 89)
Al-Quran memang menjelaskan sesuatu mulai
dari perkara ibadah sampai hal terkecil sekalipun. Akan tetapi di Al-Quran itu
ada ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Ayat muhkamat itu maknanya jelas dan
mudah dipahami, sedangkan ayat mutasyabihat maknanya sulit dipahami.
Dia-lah
yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S. Ali
‘Imran : 7)
Maka dari itulah untuk penjelasannya kita
bisa merujuk kepada hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selain itu, di Al-Quran terkadang sengaja
tidak membahas secara rinci suatu perkara. Contohnya adalah tata cara sholat,
wudhu, pembayaran zakat dan haji. Semua hal ini memang disinggung Al-Quran
tetapi tidak dibahas secara rinci bacaannya bagaimana, gerakannya bagaimana,
urutannya bagaimana. Nah untuk itulah diperlukan hadits untuk menerangkannya.
Tanpa hadits kita tidak akan tahu cara sholat dari a sampai z. Jadi hadits
merincikan hal-hal yang terdapat di Al-Quran yang masih bersifat umum. Lalu dari
manakah hadits itu berasal? Tentu saja dari para sahabat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapat langsung dari beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Maka dari itu kita diperintahkan untuk mengikuti Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S. Ali ‘Imran : 31)
Siapa yang mentaati Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam maka dia otomatis telah mentaati Allah. Sebaliknya,
barangsiapa yang menentangnya maka dia berada di dalam kesesatan yang nyata.
Barangsiapa
yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. (Q.S. An-Nisaa’ : 80)
Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (Q.S. An-Nisaa’ : 115)
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment