Hikmah Ayat Fabiayyi Ala Irobbikuma di Surah Ar Rahman |
Surat Ar-Rahmaan terdiri dari 78 ayat. Surah
ini termasuk golongan surat-surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat Ar
Ra'd. Dinamai Ar-Rahmaan (Yang Maha Pemurah) karena diambil dari
perkataan Ar-Rahmaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Ar-Rahmaan merupakan salah satu dari nama-nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Surah
ini mengisahkan banyak hal, mulai dari penyebutan nama Allah Ar-Rahman,
pengenalan Allah Ta’ala, semua makhluk bersujud kepada-Nya, tentang
nikmat-nikmat-Nya, tentang ciptaan-ciptaan-Nya, tentang kenikmatan surga,
tentang siksaan neraka dan lain sebagainya.
Allah Ta’ala memulai surah Ar-Rahman dengan nama-Nya.
(Tuhan)
Yang Maha Pemurah, (Q.S. Ar-Rahmaan : 1)
Dan Allah mengakhiri Surah Ar-Rahman dengan memuji diri-Nya.
Maha
Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (Q.S. Ar-Rahmaan : 78)
Surah Ar-Rahman identik dengan pengulangan
lafadz “Fabiayyi ala irobbikuma tukadzdziban”. Pengulangan lafadz ini sebanyak
31 kali dengan lafadz yang sama. Jadi dari 78 ayat surah Ar-Rahman, 31 di
antaranya adalah ayat Fabiayyi ala irobbikuma tukadzdziban. Arti dari lafadz
ini adalah “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Bayangkan
saja Allah mengulang-ulang ayat ini 31 kali dalam pelafalan yang sama dan dalam
surah yang sama. Bayangkan saja hampir setengah dari surah Ar-Rahman hanya
mengulang ayat fabiayyi ala irobbikuma tukadzdziban.
Apa arti dari ini semua? Apakah ini
mengindikasikan suatu hal? Tentu saja. Pasti ada banyak hikmah dari hal ini.
Allah ingin menerangkan kepada kita bahwa Dia sudah memberikan nikmat yang
begitu banyak kepada kita.
Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (Q.S. Al-Kautsar : 1)
(Baca Juga : Surah Yang Memiliki Arti Hari Kiamat)
Akan tetapi apa yang kita lakukan? Kita
sangat ingkar kepada Allah. Amat sedikit sekali yang bersyukur kepada Allah.
Katakanlah:
"Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S. Al-Mulk
: 23)
Untuk sholat 5 waktu saja masih
bolong-bolong. Untuk sholat ke mesjid yang jaraknya beberapa meter saja masih
malas. Untuk berpuasa satu hari saja sudah tidak sanggup. Untuk bersedekah
seribu saja masih berat. Untuk berinfaq sedikit saja tidak mau. Mana ungkapan
rasa syukur kita kepada Allah? Tetapi giliran kita susah barulah kita datang
kepada Allah.
Kita memang tidak mengingkari bahwa Allah
yang memberikan kita rezeki. Tetapi apa bukti bahwa kita tidak kufur terhadap
nikmat Allah? Apa bukti bahwa kita mensyukuri nikmat Allah? Bersyukur tidak
hanya dibuktikan dengan hati dan lisan saja, tetapi juga dengan perbuatan.
Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?" (Q.S. Yunus : 31)
Allah mengingatkan kita “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?” bukan sekedar mengingatkan. Tetapi ini juga sindiran bagi
kita. Sindiran bagi kita yang masih diberi rezeki Allah, masih diberi
kesehatan, masih diberi oksigen untuk bernafas, masih diberikan harta, masih
diberikan umur untuk hidup. Allah menyindir kita seakan-akan ingin mengatakan
kepada kita, “Aku telah memberikanmu begitu banyak nikmat tetapi kamu malah
membantah-Ku, tidak mentaati perintah-Ku dan malah bersantai-santai terhadap
nikmat-Ku.”
Sebenarnya ini adalah pertanyaan retorik, artinya pertanyaan
yang Allah sudah menjawabnya sendiri. Itu hanyalah bahasa yang Allah gunakan
agar lebih mengena di hati kita, agar lebih meresap di hati kita. Ayat itu
adalah peringatan, sindiran dan juga perintah. Ayat itu sebagai peringatan bagi
kita yang masih ingkar terhadap nikmat Allah. Ayat itu sebagai sindiran
terhadap orang yang masih lalai terhadap nikmat Allah dan tidak mentaati-Nya.
Ayat itu juga sebagai perintah kepada kita agar kita mensyukuri nikmat-Nya
dengan cara beribadah dan taat kepada-Nya.
Apakah kita masih belum terpanggil? Apakah ayat itu belum
juga menjadi pelajaran bagi kita? Apakah ayat itu tidak membuat kita berubah?
Wahai saudaraku, janganlah kehidupan dunia ini melalaikan kita terhadap
perintah Allah. Sadarlah bahwa kelak kita akan ditanya dengan nikmat yang telah
Allah berikan saat kita di dunia. Mari kita renungi surah At-Takaatsur di bawah
ini.
Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin (melihat dengan mata kepala
sendiri),
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu). (Q.S. At-Takaatsur : 1-8)
(Baca Juga : Ayat Al-Quran Tentang Malaikat Jibril)
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment