Nabi Itu Pilihan Allah Bukan Karena Usaha Seseorang

Nabi Itu Pilihan Allah Bukan Karena Usaha Seseorang
Nabi Itu Pilihan Allah Bukan Karena Usaha Seseorang
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengutus para nabi dan rasul-Nya di muka bumi ini. Para utusan Allah Ta’ala telah melaksanakan tugasnya sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya. Berdasarkan hadits bahwa para nabi itu berjumlah 124.000 dan di antaranya ada 313 rasul. Kenabian dimulai dari Adam ‘alaihissalam sampai kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Jalla Jalaluh mengutus para rasul-Nya di berbagai tempat seperti Madyan, Arab, Palestina, Mesir dan lain sebagainya. 


Pengutusan para nabi Allah disebutkan di dalam Al-Quran,

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah : 213)

Para nabi itu adalah pilihan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan karena usaha ataupun garis keturunannya.

Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Al-Hajj : 75)

Nabi itu memang anugerah pemberian murni dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bukan karena seseorang itu rajin beribadah, rajin beramal apalagi berbuat baik lantas itu menjadikan dia seorang nabi. Tidak, bukan seperti itu. Memang, tidak ada para nabi yang malas beribadah dan yang bertingkah laku jelek. Semua para nabi itu orang yang sholih dan taat kepada Allah Jalla Jalaluh. Akan tetapi bukan berarti setiap orang yang sholih itu merupakan nabi. Contohnya saja Luqman dan Dzulkarnain. Keduanya bukanlah seorang nabi meskipun mereka adalah orang yang amat sholih. Jadi diangkatnya seseorang itu menjadi nabi maupun rasul adalah karena pilihan Allah.


Kita bisa melihatnya pada banyak ayat-ayat Al-Quran bahwa para nabi maupun rasul itu memang pilihan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Misalnya saja Nabi Musa ‘alaihissalam sebagaimana yang dikisahkan Al-Quran,

dan Aku telah memilihmu (Musa) untuk diri-Ku. (Q.S. Thaahaa : 41)

Contoh lainnya adalah kenabian Ishaq dan Ya’qub.

Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Q.S. Maryam : 49)

Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang itu menjadi nabi ataukah rasul? Tentu saja tidak ada. Keputusan dijadikannya seseorang itu nabi maupun rasul murni kehendak Allah. Allah memiliki hak prerogatif  memilih seseorang itu menjadi nabi dan rasul. Allah bebas berkehendak apa saja yang Dia mau.

Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri." (Q.S. Yusuf : 67)

Jadi kalau ada orang yang mengaku-ngaku dia seorang nabi maka pasti dia adalah pendusta. Jika ada yang bilang dia adalah seorang nabi karena sakti, karena mampu melakukan sesuatu yang ajaib, mampu terbang, mampu menghidupkan orang mati atau segala macam, maka dapat dipastikan dia berdusta atas nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketahuilah bahwa berdusta atas nama Allah itu adalah dusta yang paling besar dan termasuk dosa yang sangat besar.

Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (Q.S. Az-Zumar : 60)

Apalagi kenabian itu ditutup dengan kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah penutup kenabian, sehingga tidak ada lagi nabi setelah beliau.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Ahzaab : 40)

Jadi kesimpulannya adalah nabi itu pilihan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan karena usaha seseorang maupun kemampuannya. Kalau ada saat ini yang mengaku dia adalah seorang nabi maka dia adalah pendusta, karena risalah kenabian sudah ditutup dengan baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment