Nabi Ibrahim 'alaihissalam sebagai Panutan Kita |
Ceritakanlah
(Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (Q.S. Maryam : 41)
JADIKAN NABI IBRAHIM
‘ALAIHISSALAM SEBAGAI PANUTAN MENJADI ORANGTUA YANG BAIK
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah ayah yang sangat baik,
dermawan, rendah hati dan tentu saja taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hidup tanpa kehadiran seorang anak tentu saja menjadi hal yang sangat hampa
sekali. Maka suatu ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermohon kepada Allah,
Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh. (Q.S. Ash-Shaaffaat : 100)
Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala langsung menjawab doa beliau,
Maka
Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (Q.S.
Ash-Shaaffaat : 101)
Maka istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam (Siti Hajar) pun
mengandung Isma’il. Singkat cerita Isma’il ‘alaihissalam tumbuh sebagai anak
yang begitu taat dan patuh terhadap agama, terlebih-lebih lagi kepada orangtuanya.
Sampai suatu ketika ujian pun diberikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan
anaknya tersebut.
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Q.S. Ash-Shaaffaat : 102)
Ternyata sang anak pun membuktikan ketaatannya kepada Allah,
sehingga penyembelihan Isma’il ‘alaihissalam pun dilaksanakan
Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (Q.S. Ash-Shaaffaat : 103)
Akan tetapi Allah Ta’ala kemudian memanggil Ibrahim
‘alaihissalam dan mengganti sembelihannya dengan seekor kambing. Allah Ta’ala
tak lupa menjelaskan bahwa ini adalah ujian yang sangat besar dan luar biasa,
Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Q.S. Ash-Shaaffaat : 106)
Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun memuji ketaatan beliau
‘alaihissalam.
Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim."
(Q.S. Ash-Shaaffaat : 108-109)
Apa yang bisa kita teladani dari kisah di atas sebagai
seorang orangtua?
1. Mintalah dan mohonlah segala sesuatu kepada Allah ‘Azza
Wa Jalla.
2. Ketaatan tidak memandang usia, ketaatan dilaksanakan
sampai mati.
3. Kecintaan kita terhadap anak maupun apa yang berharga
bagi kita tidak ada artinya dibandingkan kecintaan terhadap Allah Tabaraka Wa
Ta’ala.
4. Sikap jujur harus tetap dijunjung tinggi meskipun itu
berat.
5. Jika ada suatu kabar maka diskusikanlah dengan anak kita
dan mintalah pendapatnya.
6. Ketaatan kepada Allah Ta’ala akan berbuah manis jikalau
memang dilaksanakan semata-mata karena-Nya.
7. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
JADIKAN NABI IBRAHIM
‘ALAIHISSALAM SEBAGAI PANUTAN MENJADI ANAK YANG BAIK
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang anak yang patuh,
dia memiliki ayah yang bernama Aazar (menurut sebagian ahli tafsir Aazar adalah
pamannya). Aazar ini adalah pembuat patung berhala yang disembah oleh dirinya
dan kaumnya
Dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat
kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Al-An’aam : 74)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mencoba
mendakwahi ayahnya ini agar kembali kepada ajaran tauhid.
Ingatlah
ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu
sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai
bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan."(Q.S. Maryam : 42-45)
Tapi ayahnya malah tidak mendengarkan pesan
anaknya tersebut
Berkata
bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak
berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang
lama." (Q.S. Maryam : 46)
Tapi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bukannya
marah, akan tetapi apa yang dilakukannya?
Berkata
Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku
akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku
akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa
kepada Tuhanku." (Q.S. Maryam : 47-48)
Lalu Allah Ta’ala menegur kekasihnya itu
bahwa seseorang tidak boleh mendoakan ampun untuk orang-orang musyrik. Dan Nabi
Ibrahim ‘alaihisssalam pun bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak
mendoakan lagi untuk ayahnya itu. Kita juga tidak diperbolehkan memohon agar
Allah mengampuni orang-orang musyrik.
Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka jahanam. (Q.S. At-Taubah : 113)
Akan tetapi kita diajurkan untuk mendoakan
teman-teman kita yang kafir ataupun yang musyrik agar mendapat hidayah sehingga
masuk Islam.
Dari penjelasan di atas kita dapat mencontoh
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai seorang anak.
1. Wajib bagi kita mengingatkan kepada
orangtua kita tentang kebenaran, terutama tauhid.
2. Jangan pernah menyerah untuk menasehati
orangtua kita jika memang mereka salah.
3. Gunakanlah cara yang baik saat menasehati
orangtua kita, karena kalau dengan cara yang tidak baik maka itu tidak boleh.
4. Tidak boleh bagi kita memohonkan ampun
untuk orang-orang musyrik meskipun itu orangtua yang kita cintai, akan tetapi
selama mereka hidup ajaklah mereka untuk masuk Islam.
5. Meskipun orangtua kita tidak taat kepada
Allah jangan membuat keimanan kita kepada Allah berkurang, anggaplah itu
sebagai ujian untuk kita agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi dan
diangkat derajatnya oleh Allah.
6. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Itulah berbagai pelajaran yang bisa kita
petik dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kita dapat menjadikan beliau
sebagai panutan kita, baik itu sebagai seorang ayah ataupun seorang anak.
Sesungguhnya Allah telah menjadikan beliau sebagai tauladan bagi kita,
Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku
akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari
kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada
Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya
kepada Engkaulah kami kembali." (Q.S. Al-Mumtahanah : 4)
Maka dari itu sudah seharusnya kita memperbanyak mengambil
pelajaran dan hikmah di dalam Al-Quran, salah satunya seputar Nabi Ibrahim
‘alaihissalam. Beliau dipuji Allah Ta’ala, para malaikat, bahkan nama beliau
akan tetap terkenang sampai hari Kiamat kelak, karena nama beliau abadi di
Al-Quran dan digandengkan dengan bacaan sholawat duduk tasyhahud saat sholat.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment